Nice and Sweet ^o^

Wednesday 18 March 2009

I Will Learn


If I feel depressed; I will learn to cheer up
If I feel sad; I will learn to laugh

If I feel ill; I will learn to be healthy
If I feel fear; I will learn to plunge ahead

If I feel inferior; I will learn to lookup to myself
If I feel uncertain; I will learn to raise my voice

If I feel poverty; I will learn to think of wealth to come
If I feel incompetent; I will learn to think of my past success

If I feel insignificant; I will learn to remember my goals

I will learn to be the master of my emotions
I will learn to change


Source : pravsworld.com



Sangat indah yah.....

Kebetulan didapatkan ketika aku sudah hampir muntah2 beberapa hari denger bos marah-marah melulu,
Ketika aku merasa ia sudah tidak menginginkan keberadaanku lagi,
Ketika emosiku sudah sampai ke puncak sampai ingin kucincang dirinya halus-halus, kujadikan bapao dan kuberikan pada buaya. Uuppzzz.... dia tidak baca kan?? (masih marah - red)

Tetapi seperti yang dikatakan di atas.... I will learn....
Dan mungkin ini wadahku untuk belajar......

* Berdoa sekuat tenaga pada Tuhan agar aku mampu melewatinya dengan baik *

Hi

Long time no write ^-^

Monday 17 November 2008

Lapis Surabaya ala Vin

Wiken kemarin diisi dengan membuat kue Lapis Surabaya bersama bunda tersayang :D Sebenarnya karena penasaran saja. Sekitar sebulanan kemarin sudah sempat buat, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Jadinya wiken kemarin bikin lagi deh. Kali ini dengan resep yang agak berbeda. Untuk takaran bahan, semuanya dari aku. Untuk metode pembuatan, asuhan dari bunda.

Berikut bahan dan cara pembuatannya:

Bahan:

30 butir putih telur ayam kampung

± 425 – 450 gr margarin

± 350 – 375 gr gula halus

± 125 gr terigu

± 1 sdm pelembut kue (yang tidak diketahui apakah terlalu banyak atau terlalu sedikit karena tidak pernah pakai sebelumnya).

± ½ sdm vanili

Selai nanas (buat lapisan. Nggak tau berapa banyak pastinya… yah dikira-kira ajah secukupnya. Bisa menggunakan selai apa saja tergantung selera.)

Coklat bubuk secukupnya yang penting warna adonannya cukup coklat

Catatan: Margarin dan gula halus tidak tau berat sesungguhnya karena tidak ditimbang. Pake kira-kira ajah asal tuang. Soalna berdasarkan pengalaman, kalau terlalu strict alias sampe ditimbang-timbang dan ngikutin resep, biasanya nggak jadi. So, ya ngasal ajah. Based on suka-sukanya feeling.

Cara pembuatan:

  1. Kocok kuning telur sampai mengembang. Sekitar setengah jam.
  2. Kocok margarin, lalu perlahan lahan ditambahkan gula halus, Kocok sampai mengembang. Sekitar setengah jam juga.
  3. Campur kuning telur dengan adonan margarin, tambahkan pelembut kue, vanili, dan tepung terigu. Kocok terus. (Lupa berapa lama… Mungkin sekitar 15 menitan atau lebih).
  4. Bagi adonan menjadi 3 bagian (harusnya sih sama rata… kalo aku, males diukur-ukur… asal tuang ajah kira-kira sama rata ya udah).
  5. Salah satu bagian adonan dicampur dengan coklat dan diaduk rata.
  6. Panggang masing-masing adonan dan setelah matang di susun dengan terlebih dulu mengolesi selai secukupnya
    Catatan: jangan terlalu sedikit juga mengolesi selai karena kalau terlalu sedikit kuenya tidak menempel.

Hasilnya: MAK NYOOOOOOOOOOSSSSSSSSSSSS!!!!! Enak banget lhoooo… Semua yang makan bilang enak koq… Sekitaaaaaaarrrrrr 5 orang lah. Manisnya pas… Lembutnya pas… Setidaknya tuh rasa cocok banget deh ama lidahku :D

Tadinya mau difoto dulu… tetapi ya maaaap deh :( Secara kuenya sudah keburu habis duluan sebelum sempat difoto. Hihi… Pingin buat makanan-makanan lain lagi aaaahhh….

Catatan lagi: Harusnya sih yang bagian coklat ada di tengah. Tapi ini juga tergantung selera. Kalau mau bikin yang coklat di pinggir, atau 2 coklat dan 1 kuning di tengah… ya silahken :D Tergantung kreatipitas. Tidak usah terlalu strict dengan yang sudah ada pada umumnya :D

Monday 3 November 2008

Me and Shoes

Aku ingat bahwa hari itu aku pergi ke kantor dengan hati yang benar-benar letih. Diselimuti oleh kesedihan dan kebingungan. Aku tidak tau seberapa jelas terlihat, tetapi entah bagaimana mereka (rekan-rekan seruangan denganku) bisa melihatnya. Ternyata…. Aku bukan aktris yang cukup baik. Padahal sudah berusaha bersikap biasa saja :D Salah satu rekanku (sebut saja si mpok), bilang…. “Vin lagi sedih hari ini? Kenapa kah? Duh jadi ikut sedih deh… “ Rekan yang lain (sebut saja yang ini si eneng), bilang… “iya nih…” Tapi dirinya tidak banyak berkomentar. Beberapa lama kemudian datanglah yang lain (sebut saja si emak), bilang…. “si vin keliatannya setengah nyawa amat”. What the #$%^#$.... Padahal aku cuma lagi duduk dan browsing-browsing…

Saatnya makan siang, aku pergi bersama mereka ke sebuah pusat perbelanjaan yang dekat dengan kantor untuk makan siang bersama. Usai makan siang, karena diantara mereka ada yang hendak membeli sesuatu, aku ikut jalan. Yah demikianlah kalau para wanita sudah sampai di pusat perbelanjaan… Selalu ada alasan untuk membeli sesuatu. Aku hanya menemani. Dalam mood yang tidak terlalu bagus karena terbawa rasa letih, plus sedang terburu-buru harus mengejar waktu untuk tiba di client setelah itu. Sebentar-sebentar aku melirik jam tangan. Tentu saja dalam saat-saat seperti itu aku sama sekali tidak punya niat melihat-lihat. Kalimat “si vin hari ini nyawanya cuman setengah neh” entah berapa kali diulang-ulang oleh si emak. Aku diam saja. “Si emak berisik amat”, bisikku dalam hati.

Temanku sudah selesai membeli barang yang dicarinya. Sudah saatnya untuk berjalan kembali ke kantor. Tiba-tiba saja mataku terpaku pada sebuah sepatu yang dipajang. Damn! Itu benar-benar sepatu yang kucari-cari sejak sebulanan yang lalu dan tidak pernah kutemukan yang cocok. Well, aku sama sekali tidak sadar apa yang terjadi dengan nyawaku ketika aku mulai jatuh hati pada sepatu tersebut, mencoba-cobanya, menanyakan harga, dsb. Yah seperti biasanya kaum perempuan kalau sudah melihat sepatu idamannya.

Aku baru sadar setelah beberapa langkah ketika aku keluar dari toko tersebut, si emak bilang lagi “si vin udah langsung ngecharge banget tuh”. Si mpok bilang, “Euh.. Bangeeeet… Persis mulai detik dia ngeliat tuh sepatu… udah langsung di charge FULL!” “Iye.. udah bener-bener beda banget!” kata si emak lagi

Aku baru sadar kalau perilakuku, kata-kataku, candaanku, tawaku, sudah kembali seperti semula. Sudah mulai senang memaki-maki teman-teman yang meracuniku untuk membeli (Karena sebenarnya aku bukan tipe orang yang hobi belanja :p). Lupa dengan waktu yang harus kukejar untuk pergi ke client.

Dan…….. Semua perubahan yang berlangsung drastis dan tiba-tiba itu terjadi hanya karena sepasang sepatu?????????? *sigh*

Thanks to God that I found the shoes at the perfect moment :D

Ada yang pernah mengatakan, persentase terbesar bagian otak wanita adalah belanja. Tadinya kupikir itu hanya bercanda. Sekarang…. Errr…. Mungkin aku akan meneliti sedikit lebih jauh mengenai ini :D Mungkin ada kalanya belanja memang melepaskan suatu hormon yang menyenangkan. Atau mungkin aku selama ini hanya tidak ingin mengakui bahwa diriku pun senang (window) shopping? :p

Sunday 2 November 2008

Pernikahan adalah Seperti Sekolah....

Sekitar 5 hari yang lalu dapat undangan pernikahan dari seorang teman lama. Di dalamnya ada kata-kata yang ketika aku baca koq tau-tau jadi terasa sangat nyeessss di hati :D Bukan kalimat yang berbunga-bunga seperti pada umumnya…. Tapi bermakna sangat besar setidaknya buat aku. Sampai bela-belain cari kata-katanya walaupun kartunya sudah tiada di rumah :D

Pernikahan adalah seperti sekolah,

Suatu pendidikan yang panjang.

Pernikahan adalah tempat dimana kita akan menyesuaikan diri

Dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan satu sama lain,

Tetapi untuk menjadikan kita manusia yang lebih baik,

Dan membuat suatu kerjasama yang solid.

Tuhan tidak memberikan pasangan yang sempurna,

Karena kita tidak sempurna.

Tuhan memberikan kita pasangan agar dapat bertumbuh bersama di dalam Dia.

Bagian dari kata-kata tersebut akan menjadi visi pernikahan aku nanti :D Amiinn… Mudah-mudahan……

Untuk cici ku sayang, happy wedding yah :) Semoga berbahagia langgeng selamanya ….

Friday 31 October 2008

If You Loved Me

Browsing the internet.... I accidentally found this poem.

---------------------------------------------------------------------------------

"If you loved me you'd do it."

But what about me? What about my feelings? You know that I'm not ready, that it goes against everything I believe.

"If you loved me you'd do it."

But what about me? Am I not the special cherished person that you profess me to be? Are all the words you whisper in my ear just sweet lies?

"If you loved me you'd do it."

But what about me? Don't I deserve to be loved, honored and cherished? Am I only worth a heated moment in the back seat?

"If you loved me you'd do it."

But what about me? Is the love that God talks about only for others? Can love only be patient, kind and understanding for everyone else? Am I worth so little?

You say that you love me, so answer this question: If I am so worthless to you that you would chance ruining my life and breaking my heart, why do you want me at all?

— Jennifer Mathews

Tuesday 28 October 2008

Let Go (II)

Kemarin nonton drama Jalan Kehidupan di DAAI TV. Biasanya nggak pernah nonton. Sudah seri ke 24. Ceritanya, ada sebuah keluarga yang anak laki-laki satu-satunya meninggal akibat kecelakaan. Barangkali ditabrak oleh seorang anak dari keluarga orang lain, atau bagaimana.

Kalau berorientasi pada jalan cerita, drama itu tentu saja sangat amat membosankan. Isinya hanya berupa percakapan-percakapan antar anggota keluarga. Perenungan dari masing-masing anggota keluarga. Tetapi sangat meneduhkan hati lho :)

Pelajaran kebijaksanaan yang disampaikan sangat banyak. Dan sepertinya semuanya mengena padaku :D Yang paling mengena adalah ketika seorang kakak Tzu Chi berkata pada para anggota keluarga, “Yang meninggal sudah tenang. Yang menderita adalah hati yang tidak rela.” Dalam kondisiku pada saat ini, kalimat itu bukan sekedar kena, tetapi mungkin menusuk :D

Keluarga tersebut akhirnya merelakan kepergian anaknya. Mereka pula merelakan beban yang ada di hati mereka dengan memaafkan orang yang menabrak anak mereka, membagikan cinta kasih yang universal pada orang lain.

Hal lain yang mengena padaku adalah ketika mereka sekeluarga akhirnya menyadari bahwa kita tidak boleh menunggu sampai hari esok. Genggamlah hari ini. Pergunakan untuk mengimplementasikan kasih. Apa yang kita miliki saat ini, adalah anugrah yang terbesar. Jangan fokuskan pada apa yang kita tidak punya, tetapi hargailah apa yang kita miliki saat ini. Cintailah apa yang saat ini masih ada bersama kita. Nikmatilah waktu-waktu berharga bersama mereka yang seharusnya kita sayangi. Manfaatkan dengan baik waktu dan harta yang kita punya.

Tiba-tiba aku merasa sangat bersyukur. Menontonnya bukan suatu kebetulan. Mungkin belakangan ini pikiranku terlalu sibuk dengan penyesalan di masa lalu. Terlalu sibuk mengkhawatirkan hari esok. Terlalu sibuk berfokus pada kesedihan ataupun rasa kehilanganku. Tapi kehidupan memberikan hadiah yang sangat indah buatku. Yaitu pelajaran praktek kerelaan hati :) Dan rasa syukur atas segala yang kupunya saat ini.