Nice and Sweet ^o^

Friday 31 October 2008

If You Loved Me

Browsing the internet.... I accidentally found this poem.

---------------------------------------------------------------------------------

"If you loved me you'd do it."

But what about me? What about my feelings? You know that I'm not ready, that it goes against everything I believe.

"If you loved me you'd do it."

But what about me? Am I not the special cherished person that you profess me to be? Are all the words you whisper in my ear just sweet lies?

"If you loved me you'd do it."

But what about me? Don't I deserve to be loved, honored and cherished? Am I only worth a heated moment in the back seat?

"If you loved me you'd do it."

But what about me? Is the love that God talks about only for others? Can love only be patient, kind and understanding for everyone else? Am I worth so little?

You say that you love me, so answer this question: If I am so worthless to you that you would chance ruining my life and breaking my heart, why do you want me at all?

— Jennifer Mathews

Tuesday 28 October 2008

Let Go (II)

Kemarin nonton drama Jalan Kehidupan di DAAI TV. Biasanya nggak pernah nonton. Sudah seri ke 24. Ceritanya, ada sebuah keluarga yang anak laki-laki satu-satunya meninggal akibat kecelakaan. Barangkali ditabrak oleh seorang anak dari keluarga orang lain, atau bagaimana.

Kalau berorientasi pada jalan cerita, drama itu tentu saja sangat amat membosankan. Isinya hanya berupa percakapan-percakapan antar anggota keluarga. Perenungan dari masing-masing anggota keluarga. Tetapi sangat meneduhkan hati lho :)

Pelajaran kebijaksanaan yang disampaikan sangat banyak. Dan sepertinya semuanya mengena padaku :D Yang paling mengena adalah ketika seorang kakak Tzu Chi berkata pada para anggota keluarga, “Yang meninggal sudah tenang. Yang menderita adalah hati yang tidak rela.” Dalam kondisiku pada saat ini, kalimat itu bukan sekedar kena, tetapi mungkin menusuk :D

Keluarga tersebut akhirnya merelakan kepergian anaknya. Mereka pula merelakan beban yang ada di hati mereka dengan memaafkan orang yang menabrak anak mereka, membagikan cinta kasih yang universal pada orang lain.

Hal lain yang mengena padaku adalah ketika mereka sekeluarga akhirnya menyadari bahwa kita tidak boleh menunggu sampai hari esok. Genggamlah hari ini. Pergunakan untuk mengimplementasikan kasih. Apa yang kita miliki saat ini, adalah anugrah yang terbesar. Jangan fokuskan pada apa yang kita tidak punya, tetapi hargailah apa yang kita miliki saat ini. Cintailah apa yang saat ini masih ada bersama kita. Nikmatilah waktu-waktu berharga bersama mereka yang seharusnya kita sayangi. Manfaatkan dengan baik waktu dan harta yang kita punya.

Tiba-tiba aku merasa sangat bersyukur. Menontonnya bukan suatu kebetulan. Mungkin belakangan ini pikiranku terlalu sibuk dengan penyesalan di masa lalu. Terlalu sibuk mengkhawatirkan hari esok. Terlalu sibuk berfokus pada kesedihan ataupun rasa kehilanganku. Tapi kehidupan memberikan hadiah yang sangat indah buatku. Yaitu pelajaran praktek kerelaan hati :) Dan rasa syukur atas segala yang kupunya saat ini.

Let Go

Hidup selalu mengajarkan sesuatu kepada kita, entah kita mau ataupun tidak mau untuk belajar. Dan hari-hari ini, entah mengapa dan bagaimana, secara berkesinambungan kehidupan banyak mengajariku mengenai keikhlasan.

Ketika nonton DAAI TV mungkin sekitar sebulanan yang lalu, pada salah satu dramanya ada kata-kata yang sangat kuingat, “kerelaan untuk melepaskan, adalah kebijaksanaan yang sejati.”

Terus terang sampai sekarang aku masih kurang mengerti hubungan antara kerelaan untuk melepaskan, dengan kebijaksanaan yang sejati. Tetapi satu hal yang aku tau, kerelaan itu memberikan hati yang damai dan tenang.

Belum lama aku bertanya kepada seseorang, “apa sih rahasianya bisa ikhlas?” (Betewe…. Apakah ikhlas sama dengan rela? Saat ini kuanggap ikhlas = rela). Dia menjawab, “rahasianya adalah, ya ikhlasin ajah.” Well…. Mungkin memang tergantung niat kali yah :) Kemudian ia memberikan contoh-contoh implementasinya. Tetapi lain kali saja yah baru diceritakan :D

Ketika misa minggu kemarin, pastor berkhotbah seperti ini. Segala sesuatu yang ada pada kita saat ini, semua berasal dari Tuhan. Keluarga kita, kawan-kawan kita, sahabat-sahabat kita, harta kita, dan sebagainya, semuanya adalah pemberian Tuhan. Kalau semua berasal dari Tuhan, maka relakanlah apabila kembali kepada Tuhan. Bunda Maria memberikan teladan yang sangat luar biasa ketika mengikuti perjalanan salib Anaknya. Suatu kerelaan hati yang luar biasa dari seorang ibu yang melihat dengan matanya sendiri di hadapannya bagaimana Anaknya disiksa dan wafat. Anaknya berasal dari Tuhan. Direlakannya kembali kepada Tuhan. Kupikir, selama hidup pun, ia telah mengasuh Anaknya, sebagai titipan dari Tuhan, bukan sepenuhnya miliknya.

Tiba-tiba aku teringat sebuah pelajaran yang diajarkan seorang teman. Ia mengambil sebuah pena (karena itu adalah benda yang paling dekat dengan kami saat itu), menarik tanganku, dan membuat sedemikian rupa sehingga telapak tanganku terbuka menghadap ke atas. “Kalau Tuhan memberikan sesuatu pada kita,” katanya sambil meletakkan pena tersebut di tanganku, “jangan dipegang seperti ini,” ia menutup tanganku sehingga aku menggenggam benda tersebut kuat. “Karena kalau diambil”, serta merta ia menarik pena itu dari tanganku, “akan terasa sakit.”

Sesaat kemudian ia melanjutkan dengan cara yang sama, membuka telapak tanganku, dan meletakkan kembali pena ke atasnya, “Kalau Tuhan memberikan sesuatu pada kita, peganglah seperti ini.” Ia membiarkan tanganku dalam kondisi terbuka. Diambilnya kembali pena tersebut, “kita tidak merasa sakit kalau demikian.”

Siapakah aku sehingga aku sedemikian ngotot terhadap sesuatu yang sesungguhnya merupakan hadiah dan titipan dari Sang Sumber?

Monday 27 October 2008

Jangan Berubah

Sebuah kisah yang paling kusuka :)

------

Aku sudah lama mudah naik darah. Aku serba kuatir, mudah tersinggung dan egois sekali. Setiap orang mengatakan bahwa aku harus berubah. Dan setiap orang terus-menerus menekankan, betapa mudah aku menjadi marah.

Aku sakit hati terhadap mereka, biarpun sebetulnya aku menyetujui nasehat mereka. Aku memang ingin berubah, tetapi aku tidak berdaya untuk berubah, betapapun aku telah berusaha.

Aku merasa paling tersinggung ketika sahabat karibku juga mengatakan, bahwa aku mudah naik pitam. Ia juga terus-menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui bahwa ia benar, meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku merasa sama sekali tak berdaya dan terpasung.

Namun pada suatu hari ia berkata kepadaku: 'Jangan berubah! Tetaplah seperti itu saja. Sungguh, tidak jadi soal, apakah engkau berubah atau tidak. Aku mencintaimu sebagaimana kau ada. Aku tidak bisa tidak mencintaimu.'

Kata-kata itu berbunyi merdu dalam telingaku: 'Jangan berubah. Jangan berubah. Jangan berubah ... Aku mencintaimu.'

Dan aku menjadi tenang. Aku mulai bergairah. Dan, oh, sungguh mengherankan, aku berubah!

Sekarang aku tahu, bahwa aku tidak dapat benar-benar berubah, sebelum aku menemukan orang yang tetap akan mencintaiku, entah aku berubah atau tidak.

Engkau mencintaiku seperti itu, Tuhan?


Anthony de Mello

Sunday 26 October 2008

Untuk Bagian Diriku

Tulisan ini kuperuntukkan bagimu, bagian diriku terkasih :)

Sekarang aku semakin mengerti mengapa dirimu memberontak sedemikian hebatnya saat itu. Semua rasa tidak enak yang lain mampu hilang atau membaik dengan sendirinya ketika aku bangun pagi. Tetapi tidak yang satu ini. Rasa yang selalu menghantui bakan sampai dalam tidurku. Dan tidak ada hal yang pernah membuatku memimpikan berkali-kali hal yang sama dalam satu malam.

Aku mengerti. Aku mengerti semua beban yang ada padamu. Tidak apa-apa :) It’s ok. Aku sudah tidak menolakmu lagi. Aku mengerti rasa takutmu, rasa sedihmu, rasa sepimu, rasa malumu, rasa kecewamu… Aku mengerti. That’s fine :) Kamu adalah bagian diriku, bagian hidupku.

Terima kasih atas semua perjuanganmu :) I salute you. Terima kasih atas kasih sayangmu buatku. Aku mencintaimu.

Tuesday 21 October 2008

Published

Today, I officially publish this blog....

Love Your Self ^-^

Several years ago, a friend asked me a question. I forget the detail question, but I think it was like this, “what is the thing in this life that you struggle the most?”
With all my heart I replied, “My self. I think my self is my greatest enemy.”

Why? I can make a very long list for the things I hate within me.
I hate my self because I always careless, lose the things, drop the things, because I cannot cook, because its so difficult for me to wake up early in the morning, because I don’t like heavy reading so that I’m not as smart as my friend, because I’m not a house-wife type of girl, because I don’t like arguing, because of the feeling of useless that resides within me, because I have lived in sin, because I can’t be happy, because I cannot love myself, because I hate God, because I cannot get the love I want, because I scare, because I’m lonely, because I’m not so neat, because I don’t like make up, because I cannot start my own business, because I can’t this, because I can’t that, because bla bla bla….

Wow………
As I type this post now, I’m wondering. Did I really desperate for all those things? How could I still alive now??? :D

Well, some parts of me still support me to be a good girl :D

The main point why I didn’t like my self was because I had an image in my head, what kind of person I want to be, and I could not be like that.
I said to my self I would love my self after I can do those things I mentioned above. Never.

When I joined a camp about last year, the guru said something that really touched my heart. About forgive and live in peace. Forgive others. Forgive our selves. Forgive God.

All of us have so many parts within us. Every part of ourselves always wants the good things for us. They never want something bad for us. Sometimes they don’t want us to feel lonely. Sometimes they don’t want us to feel disappointed. Sometimes they don’t want us to feel ashamed. Every part of us always avoids the pain, although it means that you cannot achieve what you want, although it means you are not success. They only don’t want bad things happen to us. Aren’t they good actually? :D Btw, I think some people called it mental blocks (in case I don’t make my explanation clear enough, you can get more information about this).

What we need to do is to know our selves well. Accept and realize our condition. Don’t judge. Don’t hate. Don’t refuse. Just realize it. Accept it. Be honest to our selves. A friend told me that once we’re honest to our selves, we got the 50% of healing.

So many things happen in my life till I realized how I loved unconditionally. God, universe, everything within me, loves me for whatever I am. I’m learning. Learning to forgive. Learning to understand my self. Learning to know what each part of me tries to shout. Trust me… life is much more beautiful when we accept our selves completely.

Healing doesn’t come from hating our selves. Healing comes when we start to love and respect our selves as a whole with unconditional love, however and whatever we are.

That simple? It's only the beginning :D I do believe, whenever there’s a will, there’s always a way. Become better and better everyday in every way. Don't they say love have a great power?? :) I want to see then.

Friday 17 October 2008

Do Not!

When I went to my office yesterday morning, I saw a sticker at the back of a car in front of me. The text printed on the sticker was like this: “NARKOBA. Jangan pernah coba (DRUGS. Don’t ever try it).

Wait wait... Suddenly I feel something is not going well. There is something wrong with this ad. What's wrong?

Ok, let me explain it more detail.
The word “NARKOBA” (drugs) was printed in ALL CAPITAL, Bold, large sized, and use CONTRAST COLOR. With my not so normal eyes, I was able to read the text from about 4 meters.
The word “Jangan pernah coba” (don’t ever try it) was printed below the “Narkoba” text, also in ALL CAPITAL, but the text size was much smaller, and the space between each letter was small. The width used to print the 3 words altogether is the same with the width used to print the text above them. And for my eyes, the text can only be read from 1.5 meter or less.

What’s wrong then?

First, what was that ad tries to focus on? The drugs? Or the message to tell people to never try it?
I think it was obvious from the design.

Second, our subconscious mind cannot interpret the word “NOT”. Don’t believe it? I’ll tell you how to test it next time.

Third, how many times you have stronger desire to do something after someone told you NOT to do it?

Well… Honestly I think the ad somehow brings some people to have more interest in drugs.

Fourth, instead of focusing on how to avoid something negative, what if we start to focus on how to build up something positive? – In the context of human character. When the positive be dominant, hopefully the negative would fade away.

Note: This is the first time I write in English. So please be generous. My English is poor :D

Tuesday 14 October 2008

Annica

Suatu hari seorang kawan bercerita mengenai penyakit yang diderita oleh ibunya, yaitu ibunya sudah tidak lagi bisa membengkokkan satu jari tangannnya. "Kalau kita kan dengan bebasnya bisa dibengkok-bengkokkan", jelasnya sambil menggerakkan jari telunjuk kanannya.

Salah satu teman kami pun bercerita mengenai ibunya yang tidak bisa bebas menggerakkan tangannya karena sakit. Semacam infeksi otot sehingga membuat sakit dan bengkak bila banyak digerakkan.

Serta merta pikiran-pikiran aneh merasukiku. Aku bertanya-tanya... "Mengapa orang bisa menjadi tua??" sambil membandingkan keadaan mereka dengan diriku dan kawan-kawanku yang sekarang. Sekarang di usia yang masih sangat muda, aku bisa dengan mudah berlari, bergerak, makan apapun, melompat, tanpa keluhan sakit. Yah paling-paling masalah cepat capek karena jarang exercise. Atau.... ya karena malas bergerak.

Tanpa sadar aku sudah memposisikan diriku seandainya menjadi tua. "Pasti sedih", pikirku. Sedih karena sudah tidak seperti dulu lagi. Sedih karena tidak bisa lagi melakukan banyak hal dengan mudah. Banyak hal yang butuh bantuan orang, padahal mungkin dulu bisa dilakukan sendiri dengan sombongnya. Sedih karena rambut sudah berubah warnanya. Bukan dengan warna-warni norak seperti yang sedang trend saat ini, tetapi menjadi ubanan. Sedih karena kulit mulai keriput. Dan yang lebih parahnya.... Semua itu terjadi secara alami dan tidak bisa dielakkan. Suatu hari tubuh ini berubah... Menua... Dan menurun fungsinya... Duuhh, koq tiba-tiba jadi mellow.

Mendengar pertanyaanku yang aneh, kawanku menjawab, "Well.. ya memang demikianlah. Di dunia ini tidak ada yang kekal."
Merasa sangat bodoh, aku tiba-tiba teringat ajaran seorang guru waktu ikut kelas meditasi di Bali. Tidak ada yang kekal. Segala sesuatu berubah. Dia berproses. Muncul. Berlangsung. Lenyap. Dia berubah. Dia annica.

Kalau kita sadar bahwa segala sesuatunya berubah... Bagaimanakah kita menyikapi hidup ini? Bagaimanakah kita memperlakukan segala modal yang ada pada kita saat ini? Bagaimanakah cara kita memegang apa yang kita punya sekarang?

Monday 6 October 2008

Thank you for the wonderful 28 years

Thank you for the wonderful 28 years :)

Untuk mataku, terima kasih atas pemandangan-pemandangan indah dan baik. Aku melihat kebaikan, melihat senyuman-senyuman indah (terutama senyuman bundaku), melihat warna-warna indah, membaca buku-buku, bangunan-bangunan megah, keindahan alam... Dan sangat amat banyak kebajikan dan keindahan yang tidak terkatakan. Terima kasih.

Untuk hidungku, terima kasih. Demi kesehatanku, kamu pasti berusaha sangat keras menyaring udara yang masuk di tengah polusi Jakarta. Terima kasih, atas aroma-aroma harum dan segar yang kucium darimu. Dan yang pasti, melaluimu hidupku berlangsung, karena aku bernafas darimu :) Terima kasih.

Untuk mulutku, terima kasih. Melalui dirimu lah aku menyampaikan maksud hatiku. Melalui dirimu aku bisa berkata-kata. Melalui dirimu, aku bisa menyalurkan semangat. Tapi kupikir aku terlalu sering menggunakan dirimu dengan salah, maafkanlah aku. Semoga aku menjadikan dirimu bukan hanya berguna baik bagiku, tetapi untuk semua orang :) Terima kasih atas senyuman dan tawa yang menyenangkan. Oh ya, terima kasih untuk makanan-makanan nikmat yang kunikmati. Kadang membuat dunia serasa milik diriku seorang :D Terima kasih atas gigi-gigiku yang melumatkan makanan dalam mulutku sehingga tidak tersangkut di tenggorakan. Terima kasih.

Untuk telingaku, terima kasih. Aku mendengar musik-musik dan nyanyian-nyanyian indah. Mendengar kata-kata kebajikan. Mendengar suara kawan-kawanku. Mendengar suara alam. Sangat indah. Terima kasih.


Untuk kulitku, terima kasih. Aku merasakan sentuhan-sentuhan kasih sayang. Aku merasakan panas, dingin, sejuk, dsb... Terima kasih. Kamu pasti berjuang keras melindungi aku ketika hari dingin bagiku (yang menurut orang-orang tidak seberapa dingin). Maafkan yah atas perlakuan yang kurang perhatian padamu :D.


Untuk jantungku, terima kasih. Tentu saja kamu adalah hidupku. Terima kasih sudah bekerja dengan setia memompa darah ke seluruh tubuhku. Terima kasih, mengijinkan aku mengalami semua keindahan dengan kehidupan :)


Untuk paru-paruku, terima kasih. Kau adalah nafasku ;)


Untuk tulang-tulangku, terima kasih. Kamu memungkinkanku berdiri tegak, dan berbentuk :)


Untuk otot-ototku, terima kasih. Kamu membuatku bergerak, bekerja, mengetik, berbicara, tertawa, menangis, tersenyum, makan, berjalan, berlari, melompat... Terima kasih :)


Untuk perutku, terima kasih untuk mencerna makanan-makananku sehingga aku memiliki energi dan menjadikanku bertumbuh :) Semoga aku lebih banyak memperhatikanmu dengan memberikan masukan-masukan yang baik padamu.


Untuk sistem reproduksiku, terima kasih. Terima kasih aku adalah wanita ;) I'm proud to be a woman :D


Untuk anusku, terima kasih. Well, I cant imagine my self without you ;)


Untuk otakku, terima kasih. Hmm... What can I say? you are my CPU, my memory, my harddisk, my.... motherboard?? :D WHAT??? Diupgrade??? ... Sep sep ;)


Untuk hatiku, terima kasih untuk melindungiku dari racun-racun, dan bekerja sama secara luar biasa dengan seluruh sistem yang lain.


Untuk semua emosi, terima kasih. Terima kasih menjadikan aku manusia :)


Untuk tanganku, terima kasih. Terlalu banyak yang bisa kusebutkan untukmu. Aku bisa mengetik tulisan ini, aku bisa memeluk, aku bisa membelai dan merasa, aku bisa bekerja, aku bisa memegang, aku bisa menolong, dan untuk semuanya itu... Terima kasih.


Untuk kakiku, terima kasih. Untuk setiap perjalanan yang berkesan, untuk setiap langkah yang mengajariku akan keindahan dan kebajikan hidup ini, terima kasih.


Untuk semua anggota tubuhku yang belum tersebutkan, besar kecil, terlihat ataupun tersembunyi, semua sel yang membentuk aku... terima kasih. Terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua keajaiban dan kesetiaan dan cinta kasih tanpa pamrih yang kuterima darimu selama sekian tahun hadirku.


Terima kasih Tuhan. Suka duka hidupku, aku tau semua membimbingku kepada tujuan-Mu. Tidak semua yang kulihat menyenangkan. Tidak semua aroma yang kuhirup menyenangkan. Tidak semua suara yang kudengar menyenangkan. Tapi aku tau Diri-Mu ada di sana senantiasa memberikan semua kebaikan :) Terima kasih.


Once more, from the deep of my heart, thank you for the wonderful 28 years plus 9 bulan dalam perut bunda. Mari kita jelang keindahan lainnya yang menanti di depan kita ;) Jia you!